Sabtu, 27 September 2014

Dampak Bahan Bacaan

Setiap orang pasti ingin maju, bahkan ingin duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan negara maju. Bahkan kita pun ingin membangun peradaban baru. Tetapi, bagaimana dan dari mana kita memulainya? Apa faktor utama yang harus kita miliki atau siapkan, yang apabila itu hadir, hadir pula kemajuan dan bila ia tiada, tiada pula arti faktor-faktor yang lain?

Apakah lingkungan geografis ataukah persyaratan ras, yang menjadi faktor utama, seperti pernah diduga oleh sementara kelompok? Pasti bukan, karena sekian banyak ras bahkan bangsa dari satu rumpun yang tinggal dalam wilayah yang sama, tetapi dalam satu periode sejarahnya mereka mencapai kemajuan dan dalam periode lain mengalami kemunduran.

Apakah kekuasaan militer? Tetapi, mengapa ada bangsa yang berhasil menaklukkan bangsa lain, namun tetap berjalan di tempat, sedangkan yang ditaklukkan meraih kemajuan?

Apakah IPTEK? Pernah dilakukan pengamatan terhadap suatu masyarakat terbelakang. Mereka diberi alat-alat canggih hasil IPTEK mutakhir dan diberi keterampilan teknis penggunaannya. Benar, hasilnya mengagumkan, ikan yang mereka peroleh bertambah, tetapi beberapa lama kemudian, sebagian mereka berhenti bekerja dengan alasan perolehan mereka sudah cukup untuk bekal hidup beberapa lama, sedangkan sebagian sisanya mereka habiskan untuk berfoya-foya, sehingga kelompok tersebut tidak mengalami kemajuan apalagi menciptakan peradaban. Di sinilah saya meragukan kebenaran ungkapan "beri mereka kail dan jangan beri ikan," karena ternyata kail canggih pun gagal mengantarkan mereka kepada kemajuan.

Kalau demikian, dari mana kita mulai? Al-Quran menjelaskan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri” (QS 13: 11).

Merujuk pada Al-Quran, faktor utama dan pertama adalah apa yang terdapat dalam diri manusia, yaitu nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup, kehendak dan tekadnya. Apabila nilai itu terbatas di sini dan masa kini, maka terbatas pula kehendak dan usahanya, hingga kini dan di sini saja, seperti para nelayan itu. Nilai dan pandangan hidup Muslim, mengarah kepada satu Wujud Mutlak yang tidak terbatas, kepada Tuhan Yang Mahaesa, ke satu “waktu” yang melampaui batas waktu hidup di dunia ini. Nilai dan pandangan tersebut harus tertancap ke dalam jiwa, antara lain dan terutama, melalui bacaan dan sajian.

Zaki Najib Mahmud, pakar filsafat Mesir kontemporer, mengutip hasil penelitian seorang guru besar di Universitas Harvard mengenai periode kemajuan dan kemunduran sekira 40 negara sepanjang sejarahnya, mengemukakan, salah satu faktor utamanya, menurut sang guru besar, adalah materi bacaan dan sajian yang disuguhkan kepada generasi muda. Di keempat puluh negara yang ditelitinya itu ditemukan bahwa dua puluh tahun menjelang kemajuan atau kemunduran tersebut, para generasi muda dibekali bacaan yang mengantarkan mereka kepada kemajuan atau kemunduran masyarakatnya. Mengapa setelah dua puluh tahun? Karena murid-murid itulah, setelah masa tersebut, yang berperan dalam berbagai aktivitas, sedangkan peranan mereka ditentukan oleh bacaan dan sajian yang kemudian membentuk pandangan hidup dan nilai-nilai yang dianut.

Kalau demikian, jangan tunggu dampak bacaan atau tontonan anak-anak kita bagi bangsa dan negara ini, kecuali dua puluh tahun ke depan. Namun, Anda boleh optimis atau pesimis, tergantung dari penilaian Anda tentang bacaan dan sajian tersebut.[]

M. Quraish ShihabLentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, halaman 284-286
TERBARU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...