Senin, 04 Mei 2015

Menghadapi Gangguan yang Menyakitkan Hati

Ketika Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah beliau di sana menemukan masyarakat yang majemuk yang berbhineka, yaitu Yahudi, Nasrani, Aus, Khazraj, dan kaum Muslim. Rasulullah saw. menjalin hubungan dengan seluruh unsur tersebut untuk membangun dan mempertahankan kota Madinah dari serangan luar. Sejak itu Allah mengizinkan berperang sekalipun demi mempertahankan diri. Hal ini terbukti dengan peperangan Badar dan Uhud pada tahun kedua dan ketiga Hijri.

Pada tahun keempat ada peringatan Al-Quran yang ditujukan kepada kaum Muslim: Dan sungguh kamu akan diuji menyangkut harta dan dirimu dan juga kamu pasti akan terus-menerus mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari mereka yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak dan menyakitkan hati. Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan (QS 2: 186).

Mahabenar Allah, gangguan yang menyakitkan hati tak henti-hentinya dan terus akan terdengar. Yang menjadi masalah di kalangan ulama adalah mengapa kesabaran atau menahan diri serta ketakwaan yang dianjurkan, bukannya peperangan dan pertumpahan darah yang telah diizinkan dan dilakukan sebelum itu? Hemat saya, jawabannya terletak pada hakikat arti sabar dan takwa serta pandangan Al-Quran menyangkut sikap-sikap terpuji dalam kaitannya dengan interaksi sosial.

Sumber segala sikap terpuji dalam interaksi adalah pertimbangan kemaslahatan dan kepentingan umum. Seandainya setiap orang maupun kelompok berusaha memenuhi keinginannya sendiri, maka tidak mustahil terjadi penindasan atas kepentingan yang lain. Dari sini setiap orang maupun kelompok dituntut untuk mengorbankan sebagian keinginan dan tuntutannya demi ketenteraman dan ketertiban bersama.

Setiap sikap terpuji dalam pandangan Al-Quran mencerminkan kekuatan pelakunya. Kedermawanan adalah kekuatan, karena pelakunya ketika itu sadar bahwa ia kuat, sehingga ia mengulurkan tangan kepada yang lemah atau tidak mampu. Kesucian adalah kekuatan, karena pelakunya mampu menekan rayuan nafsu dan godaan syahwatnya. Kasih sayang adalah kekuatan, bukankah ia ditujukan kepada yang lemah dan tidak berdaya? Kesabaran dan pemaafan juga kekuatan, karena seseorang yang tidak kuat, tidak dapat tabah menghadapi gejolak jiwanya atau tantangan serta kesulitan yang dihadapinya. Apabila Anda ingin membalas dan Anda mampu melakukannya, kemudian Anda batalkan niat itu maka Anda dinamai bersabar, dan berarti memaafkan. Bukan sabar dan bukan pula maaf namanya jika Anda tak mampu, kemudian membiarkan yang mengganggu Anda berlalu bagaikan angin. Keadilan juga kekuatan, karena itu Allah berpesan: Jangan sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah… (QS 5: 9).

Kalau demikian, kesimpulan tuntunan Tuhan dalam menghadapi setiap gangguan adalah: “Galang kekuatan sosial, politik, ekonomi, dan mental demi kemaslahatan seluruh kelompok, karena jika kamu kuat siapa pun tidak akan berani mengganggu dan menyakitkan hatimu.”

Semoga umat Islam bangsa ini mampu melaksanakan tuntunan Ilahi tersebut demi kesatuan dan persatuan seluruh bangsa.[]

M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, halaman 429-431
TERBARU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...